Di balik ‘Persona’ Arawinda Kirana yang Mempesona

 

“Kita terlalu rumit untuk dijelaskan secara utuh.”

Thomas Erikson

Persona dan Inner-Self Arawinda yang berlawanan 180 derajat di mana ideologi yang ia tunjukkan di muka umum secara tidak langsung dibuktikan dengan isu perselingkuhannya dengan suami orang.


Kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku, kepercayaan, dan pendekatan yang membuat seseorang bertindak (Erikson, 2014 dalam Surrounded by Idiots, 2021). Menilik asal mula kata personality yang berakar dari kata persona dalam Bahasa Yunani, yang berarti topeng. Di sisi lain, kepribadian itu bukan hanya topeng yang kita kenakan melainkan mengacu pada Inner-self orang itu yang sebenarnya.

Seperti yang kita tahu, persona adalah sisi karakter seseorang yang ia tunjukkan di khalayak umum. Semua orang mempunyai persona ini. Namun, ada banyak profesi yang rentan dituntut agar persona dan dirinya yang sebenarnya tidak saling berlawanan. Contohnya seperti publik figur yang baru-baru ini mendapat sorotan karena issue perselingkuhannya dengan suami orang. Sebut saja Sri Arawinda Kirana Rustandi, aktris pendatang baru yang menuai pujian setelah debut dalam film Yuni di mana ia menjadi karakter utama itu sendiri. Fokus dalam film itu jelas, yakni mengangkat isu dan realita yang dekat dengan kehidupan remaja yang tertekan dengan persepsi masyarakat.

Sementara hal yang sama juga ia lakukan di kehidupan pribadinya di mana ia gencar menyuarakan hak-hak perempuan. Tentu ini bagus. Kampanye dari Arawinda akan menjangkau lebih banyak orang karena ia sudah memiliki ribuan followers. Sejauh itu, kepribadiannya terlihat sejalan dari apa yang ia perankan dalam film dengan yang ia lakukan di kehidupan nyata.

Di usianya yang muda, ia mendapat kesempatan yang bagus untuk mendalami passionnya sebagai aktris pendatang baru. Ketika ia menorehkan prestasi, ia kepergok melakukan satu kesalahan yang berimbas pada kepercayaan masyarakat terhadap karakter dirinya yang sebenarnya. Kenyataan bahwa apa yang ia sampaikan baik melalui film maupun media sosialnya menjadi blunder. Sehingga, kemunculan isu perselingkuhannya membuat dirinya dilabeli sebagai pelakor.

Nampaknya, Arawinda belum belajar dari kasus-kasus perselingkuhan yang pernah terjadi. Bahwa sudah sangat jelas jika sanksi sosial amat memberatkan pelaku perselingkuhan. Apalagi ia aktif di dunia hiburan yang seharusnya bisa mengimbangi antara Persona dan Inner Self-nya. Sebab, jika Persona yang ia tunjukkan tidak sesuai dengan Inner Self-nya, ia tak lagi mendapat kepercayaan dari masyarakat. Di balik Persona-nya yang mempesona, Arawinda mengungkap Inner Self-nya yang ternyata tidak terlalu mengesank
an.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEGETIRAN DI BALIK NOVEL SAMAN | REVIEW NOVEL SAMAN KARYA AYU UTAMI

HIDUP SENDIRIAN JADI TREN DI KOREA LHO ! | REVIEW BUKU HONJOK - SENI HIDUP SENDIRI

Resensi Buku Reclaim Your Heart Karya Yasmin Mogahed [pitreview]